Thursday, May 31, 2012

Forgive and try to forget

Memaafkan dan Mencoba Untuk Melupakan


Manusia tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang didapatkannya, baik itu harta benda maupun popularitas dalam dirinya atau barangkali hal hal lain diluar keduanya itu. Ibarat kuburan yang tanahnya masih basah begitulah kisah BMI Hongkong yang ditulis salah seorang penulis tersohor dari negeri Indonesia. 


Dua tahun yang lalu dia datang ke Hongkong dan mencoba mengamati kehidupan BMI di negeri beton ini. Saat itu dia hanya menjadi seorang pengamat dan hanya mendapatkan ide untuk menulis blackcover BMI yang terjadi  di salah satu taman Victory Park. Taman yang seluas 9 hektar ini digunakan BMI untuk tempat berkumpul, istirahat, bahkan mengadakan kegiatan sosial pengumpulan dana bagi anak yatim, pengajian dan banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


Sebagai seorang seniman sudah tentu dia ingin popularitasnya tetap exist atau tidak terlupakan dengan menulis suatu karya heboh dan membuat masyarakat terkejut sekaligus kagum dengan dirinya. Bagaimana tidak? Seorang penulis kaliber dan berpengalaman langsung menulis aib beberapa orang BMI yang notabenenya lesbian alias gay atau dengan bahasa yang sedikit halus pasangan sesama jenis. Apakah pantas seorang seniman besar memuat aib seseorang dalam media dengan foto yang tanpa sensor? Wow menulis juga punya etika dalam penulisan. 
Akibatnya BMI Hongkong protes dan memutuskan untuk memboikot tulisan tulisan dari sang penulis tersebut. Klarifikasipun dilakukan, namun kalarifikasi itu dianggap hanya suatu pembelaan diri, banyak komentar pro dan kontra yang terjadi. Dari mulai hinaan, cemohan dan  ada juga berusaha menjadi penengah.


Sebagai manusia saya hanya bisa berkata," menyimpan amarah itu tidak baik untuk diri kita."
Seperti perumpamaan dibawah ini:

Seorang anak menangis dan berkata membenci orang tuanya pada seorang ibu guru. Esoknya dia disuruh ibu guru membawa tomat satu kilo ke sekolah. Kemudian ibu guru menyuruh membungkusnya di dalam plastik. Seminggu kemudian mereka bersama sama membuka plastik yang berisi tomat tersebut. Maka hasilnya tomat tersebut busuk dan berbau busuk. Nah begitu juga dengan kemarahan, jika kita menyimpan kemarahan maka akan menimbulkan akar pahit dalam hidup kita. 


Seniman itu mungkin khilaf dan juga mungkin kelebihan semangat jadi lepas kontrol. 
Segala sesuatunya mempunyai hikmah tersendiri. Saya yakin sang penulis juga mendapat hikmah dari kritikan beberapa pihak dan dia juga pasti dalam posisi tidak bahagia, apalagi saya mendengar dia dalam keadaan sakit. 


"Jika engkau marah, janganlah sampai berbuat dosa, padamkanlah amarahmu sebelum matahari terbenam." Manusia tidak pernah lepas dari kesalahan untuk itu mari kita sama sama introfeksi diri dan saling memaafkan. Jauhkan kemarahan, keegoisan dan semua hal yang buruk dalam hati dan pikiran kita. Amal dan perbuatan kita hanya Allah yang dapat menilainya. Maafkan dan coba untuk melupakan!

No comments:

Post a Comment